Thresa Sandra Desfika (thresa.desfika@investor.co.id)
JAKARTA, investor.id – Lo Kheng Hong menceritakan pengalamannya saat menghadapi krisis 1998. Kala itu, investor saham kawakan itu nyaris bangkrut karena kekayaan uangnya menyusut 85% jadi hanya 15% saja.
“Saya nyaris. Kalau bangkrut gak bisa beli saham lagi. Jadi uang saya itu berkurang 85% sisa 15%. Sudah full time investor lagi, punya istri ibu rumah tangga, punya anak dua. Saya gak kerja lagi duit tinggal 15% tapi bersyukur saya beli anak perusahaannya Astra, United Tractors (UNTR),” jelas Lo Kheng Hong dalam podcast SPOD yang ditayangkan di akun YouTube Syailendra Capital dikutip Jumat (25/3/2022).
Dia menjelaskan alasan membeli saham UNTR karena harganya saat itu Rp 250 per saham, sedangkan laba usaha per saham Rp 7.800.
“Saya juga put everything on United Tractros, gak bisa pilih yang lain. Laba usaha per saham Rp 7.800, masa saya pilih yang lain kan gak mungkin. Ini ada Mercy dijual harga Bajaj,” papar dia.
Namun demikian, kata dia, saham UNTR saat itu pergerakannya sempat mandek di angka Rp 400 per saham.
“Harga wajar UT (United Tractors) berapa? Kurang lebih Rp 100.000, harga market Rp 400. Sebetulnya saya sederhana. Laba usaha per saham Rp 7.800 saya kasih P/E (price to earnings ratio) 15 kali kan sekitar Rp 100.000,” ungkap dia.
Lebih jauh, dia mengakui bahwa dirinya juga bisa salah dalam mengalkukasi harga wajar saham UNTR kala itu. Pasalnya, UNTR adalah perusahaan yang terus bertumbuh.
“Ketika UT Rp 30.000 sekian itu kalau dikali 11,4 kali dia udah split, udah kasih bonus, rights issue mungkin udah Rp 600.000 sekian. Yang saya bilang Rp 100.000 ternyata Rp 600.000 sekalian,” papar dia.
Dia mengungkapkan, akhirnya menjual saham UNTR di tahun 2004 atau enam tahun kemudian di harga sekitar Rp 15.000 per saham.
“Saya jual di Rp 15.000 itu juga ga konsisten dengan diri saya sendiri saya kan udah bilang itu P/E 15 kali kan Rp 100.000,” papar Lo Kheng Hong.
“Rp 15.000 saya jual karena satu dia rights issue. Berikutnya saya juga gemetar kan duit saya kecil tiba-tiba jadi gede jadi banyak, terus saya pikir kalau dia tiba-tiba turun lagi duit saya ilang gimana kan, ilmunya masih belum tinggi kan nanti kalau ilang lagi jadi asap uangnya ilang lagi,” lanjut Lo Kheng Hong.
“Saya salah saya jual ya udah Rp 15.000. Akhirnya dia naik,” tuntas pria yang pertama kali membeli saham pada tahun 1989 itu.
Adapun dalam pantauan data, harga saham UNTR sempat menyentuh level Rp 40.425 pada 23 Januari 2018. Sementara, pada perdagangan Jumat (25/3/2022), saham UNTR ditutup di level Rp 26.325 per saham.
Editor : Theresa Sandra Desfika (theresa.sandra@investor.id)
Sumber : Investor Daily