EmitenNews.com—Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan oleh para pemegang saham emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex secara aklamasi merestui pemberhentian seluruh komisaris dan direksi lamanya.
Merujuk risalah RUPSLB yang digelar pada Jumat (17/3/2023). Para pemegang saham menyetujui pemberhentian secara hormat seluruh Dewan Komisaris dan Direksi yang lama yang mencakup nama-nama seperti Megawati selaku Komisaris, dan Sudjarwadi selaku Komisaris Independen.
Rapat Umum Pemegang Saham Telah memenuhi kuorum karena dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 13.212.355.802 saham atau 64,6% dari seluruh saham dengan hak suara yang sah yang telah dikeluarkan oleh Perseroan, sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan dan Peraturan Perundangan yang berlaku.
Kemudian Iwan Setiawan Lukminto selaku Direktur Utama, Iwan Kurniawan Lukminto selaku Wakil Direktur Utama, Allan Moran Severino selaku Direktur Keuangan, Mira Christina Setiady selaku Direktur Umum dan Administrasi, Karunakaran Ramamorthy selaku Direktur Produksi, Edy Salim selaku Direktur Operasional dan Nasir Tamara Tamimi selaku Direktur Independen juga meninggalkan pos jabatan lamanya.
“Dengan pemberhentian nama-nama di atas, para pemegang saham turut menyetujui pengangkatan susunan komisaris dan direksi yang baru,” jelas risalah RUPSLB SRIL yang di kutip, Kamis (23/3/2023).
Perseroan mempertahankan jumlah Dewan Komisaris yang sama dengan sebelumnya yang terdiri dari 3 orang sedangkan untuk jajaran Direksi terdapat penambahan jumlah satu orang Direksi,” tulis Sekretaris Perusahaan Sritex Welly Salam.
Iwan Setiawan Lukminto yang sebelumnya menjabat sebagai direktur utama kini menjabat posisi Komisaris Utama. Selanjutnya Megawati ditunjuk sebagai Komisaris dan Liem Konstantinus sebagai Komisaris Independen.
Di susunan direksi, Iwan Kurniawan Lukminto yang sebelumnya merupakan wakil direktur kini menjabat sebagai Direktur Utama. Kemudian Mira Christina Setiady diangkat sebagai Direktur Operasional, Welly Salam sebagai Direktur Keuangan, dan Supartodi di pos jabatan Direktur Umum.
Ada pula nama Regina Lestari Busono di posisi Direktur Independen, Karunakaran Ramamoorthy sebagai Direktur Bisnis Benang, Sandeep Kr Gautam sebagai Direktur Bisnis Kain, dan Teo Khek Thuan sebagai Direktur Bisnis Pakaian Jadi. Dengan adanya keputusan para pemegang saham ini, Welly mengatakan SRIL diharapkan dapat memulai transformasi di dalam bisnis dan strateginya.
Dengan demikian, SRIL dapat mempercepat pemulihan di tengah situasi geopolitik dan makro ekonomi pada 2023 yang kurang kondusif.
Komisaris Utama Iwan Setiawan Lukminto, Komisaris Megawati, Komisaris Independen Liem Konstantinus. Sedangkan dari jajaran Direksi ada Direktur Utama Iwan Kurniawan Lukminto, Direktur Operasional Mira Christina Setiady, Direktur Keuangan Welly Salam, Direktur Umum Supartodi, Direktur Independen Regina Lestari Busono, Direktur Bisnis Benang Karunakaran Ramamoorthy, Direktur Bisnis Kain Sandeep Kr Gautam dan Direktur Bisnis Pakaian Jadi Teo Khek Thuan.
Dari sisi kinerja, Hingga September 2022, total liabilitas SRIL tercatat USD1,6 miliar atau setara dengan Rp24,66 triliun (kurs=Rp15.500/USD). Jumlah tersebut didominasi oleh utang-utang yang memiliki bunga seperti utang bank dan obligasi.
Secara rinci utang bank dan obligasi yang dimiliki oleh Sritex adalah sebagai berikut: Utang bank jangka pendek senilai US$32,8 juta atau Rp508,47 miliar. Utang bank dan obligasi dengan jatuh tempo kurang setahun senilai US$4,05 juta atau Rp62,774 miliar. Utang bank dan obligasi jangka panjang senilai US$1,33 miliar atau Rp20,57 triliun. Total utang bank dan obligasi adalah US$1,36 miliar atau Rp21,14 triliun.
Jumlah tersebut sama dengan 85,75% dari total liabilitas yang dimiliki per September 2022. Utang didominasi dengan masa jatuh tempo jangka panjang.
Jumlah aset yang dimiliki adalah USD1,04 miliar atau Rp16,17 triliun. Jika dibandingkan dengan total utang bank dan obligasi maka terdapat defisit modal sebesar USD320,82 juta atau setara dengan Rp4,97 triliun. Jika total aset tersebut dibandingkan dengan jumlah liabilitas maka terjadi defisit modal sebesar Rp8,49 triliun.