Ghafur Fadillah (redaksi@investor.id)
JAKARTA, investor.id – PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM), emiten produsen bahan kimia tekstil, bakal kian ekspansif usai resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (8/7/2022). Perseroan akan memperluas bisnis dengan merambah segmen Food and Beverage (F&B) serta kosmetik.
Direktur Utama Chemstar Indonesia Kwee Sutrimo menjelaskan, untuk memperluas pasar, perseroan akan mendistribusikan bahan kosmetik dari beberapa prinsipal asing. Saat ini, perseroan sedang berdiskusi dengan empat perusahaan kosmetik asing dengan brand ternama. “Nantinya, kami akan memutuskan dua di antaranya untuk menjadi rekanan bisnis,” ujar Kwee.
Dia mengungkapkan, rencana ekspansi yang dilakukan oleh perseroan sejalan dengan strategi ekspansi secara horisontal, dimana perseroan berkeinginan untuk memperluas pasar dengan keluar dari industri utama yakni tekstil. Sedangkan untuk strategi secara vertikal, perseroan berencana untuk menambah jumlah pelanggan yang ada.
Saat ini, pelanggan Chemstar Indonesia merupakan perusahaan-perusahaan besar, antara lain Adidas, PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) dan beberapa perusahaan besar lainnya. “Untuk mewujudkan rencana ini kami membutuhkan modal kerja yang cukup besar, maka dari itu kami melakukan IPO agar kami dapat mengeksekusi rencana tersebut,” kata Kwee.
Selain Adidas dan Indorama, Chemstar yang berbasis di Purwakarta, Jawa Barat ini menjadi distributor kepada para pemasok global, perusahaan kimia terkemuka yang telah eksis selama lebih 150 tahun di industri tekstil seperti perusahaan multinasional, Tanatex Chemicals Holland dan Transfar International China.
Chemstar telah melepas sebanyak 500 juta saham baru via penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) atau setara 29,41% saham. Dengan harga IPO sebesar Rp 150 per saham, emiten berkode saham CHEM ini memperoleh dana Rp 75 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli tanah dan bangunan serta modal kerja perseroan.
CHEM juga menerbitkan sebanyak 250 juta waran seri I yang menyertai saham baru atau sebanyak 20,83% dari total jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh.
Menurut Kwee, harga saham CHEM masih undervalued dibandingkan dengan price to earning ratio (PER) industri sejenis. CHEM adalah saham termurah keempat di sektornya setelah FPNI, ESSA, dan BMSR.
“Prospek kinerja CHEM ke depan akan semakin baik, ditopang dari proyeksi dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), yang mengungkapkan bahwa industri tekstil diperkirakan dapat tumbuh di atas 10% pada tahun 2022,” ujarnya.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily