Fajar Widhiyanto (redaksi@investor.id)
JAKARTA, Investor.id – Manufaktur mobil sport mewah asal Inggris, Aston Martin diberitakan akan menangguk dana sebesar £653 juta atau setara dengan US$ 774,13 juta (Rp11,60 triliun) menyusul injeksi investasi baru dari Arab Saudi sebagai pemegang saham utama, termasuk rencana melakukan rights issue dalam waktu dekat. Sebelumnya Aston Martin diberitakan menolak tawaran suntikan modal dari manufaktur otomotif asal Tiongkok, Geely, dan mantan pemiliknya Investindustrial.
Sebuah badan investasi negara Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF), akan mengambil 16,7% kepemilikan saham melalui penempatan ekuitas sebebesar £78 juta (Rp1,38 triliun). Porsi ini nantinya akan membuat PIF punya dua kursi di dewan direksi Aston Martin.
Pengumuman masuknya investor asal Arab ini telah mendorong saham Aston Martin naik 12% lebih pada perdagangan Jumat pagi (15/7/2022) di London.
Seperti diberitakan Financial Times, Sabtu (16/7/2022), Aston juga akan menggelar rights issue senilai £575 juta (Rp10,2 triliun), dengan PIF, pemegang saham utama Mercedes-Benz, dan pemilik konsorsium Yew Tree Lawrence Stroll yang setuju untuk mengambil hak mereka.
Secara total, Yew Tree, Mercedes dan PIF akan menginvestasikan £335 juta (Rp5,9 triliun) melalui rights issue atau saham baru, kata Aston Martin. Hal ini membuat investor lain membayar hingga £318 juta (Rp5,65 triliun) melalui rights issue, yang telah sepenuhnya ditanggung.
Sekitar setengah dari uang itu akan digunakan untuk membayar utang, yang mencapai £957 juta (Rp17,01 triliun) pada akhir Maret tahun ini.
Lawrence Stroll kepada Financial Times mengatakan bahwa penggalangan dana ini amat penting untuk menangani utang yang terlalu besar tersebut.
Dia menyebut perusahaan sejatinya tidak perlu mengumpulkan dana untuk melaksanakan rencana bisnisnya, tetapi ia mengakui kekhawatirannya atas tingkat utang telah membebani harga saham Aston Martin. Dikatakan Stroll, dana kas memang telah memberi perusahaan dana cadangan.
Sebelumnya diberitakan Aston Martin menolak proposal investasi senilai £1,3 miliar dari Geely China, dan mantan pemiliknya, termasuk grup investasi Italia Investindustrial. Pihak manajemen mengatakan proposal itu adalah “upaya Konsorsium Atlas [Geely dan Investindustrial] untuk memperoleh posisi kepemilikan mayoritas dan prospektif tanpa premi yang dibayarkan kepada pemegang saham yang ada”.
Dua pasangan anggota konsorsium ini rencananya akan menyuntikkan dana £ 203 juta untuk ekuitas baru, menjadikan mereka pemegang saham terbesar, meskipun duduk di bawah ambang batas 30% saham. Proposal yang diterima oleh Aston Martin pekan lalu berisi juga rencana rights issue senilai £1,1 miliar.
Aston Martin menolak proposal tersebut. Pihak manajemen mengatakan tidak percaya bahwa proposal tersebut menyajikan opsi pendanaan yang menarik atau potensi penciptaan nilai bagi pemegang saham yang ada.
Editor : Fajar Widhi (fajar_widhi@investor.co.id)
Sumber : Majalah Investor