Hasil itu mendongkrak laba bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ke level Rp116, sedangkan di akhir Juni 2021 berada di level Rp50.
Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan semester I 2022 tanpa audit emiten bahan kimia itu yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/7/2022).
Jelasnya, pendapatan naik 32,05 persen menjadi Rp4,062 triliun yang ditopang penjualan bahan kimia sebesar Rp3,676 triliun, atau naik 29,84 persen dibandingkan semester I 2021 senilai Rp2,831 triliun.
Sedangkan pendapatan jasa bongkar muat, pengiriman dan transportasi tercatat tumbuh 27,46 persen menjadi Rp246,52 miliar.
Walau beban pokok penjualan dan jasa membengkak 31,7 persen menjadi Rp3,256 triliun, tapi laba kotor tetap naik 33,6 persen menjadi Rp806,49 miliar.
Sementara itu, aset perseroan tumbuh 0,9 persen menjadi Rp6,285 triliun di topang peningkatan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 6,5 persen menjadi Rp1,667 triliun.
Author: Rizki
