Thresa Sandra Desfika (thresa.desfika@investor.co.id)
JAKARTA, investor.id – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan pendapatan konsolidasi sepanjang semester I-2022 sebesar US$ 3,81 miliar, meningkat 66% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 2,29 miliar.
Beban pokok pendapatan pada semester I-2022 sebanyak US$ 2,72 miliar, meningkat dibandingkan enam bulan pertama tahun lalu yang sebesar US$ 1,81 miliar.
Adapun laba bruto perseroan di paruh pertama tahun ini mencapai US$ 1,09 miliar atau meningkat 125% secara year on year (yoy). Pada semester I-2021, laba bruto BUMI US$ 485,3 juta.
Beban usaha BUMI periode hingga 30 Juni 2022 adalah US$ 159,5 juta, lebih besar 39% dari periode sama 2021 di US$ 114,4 juta.
Sedangkan, laba usaha US$ 931,2 juta pada semeser I-2022. Angka itu meningkat 151% dibandingkan semester I-2021 yang berjumlah US$ 370,9 juta. Margin usaha di semester pertama tahun ini meningkat tajam jadi 24,4%, di mana sebelumnya 16,2% pada semester I-2021.
Laba sebelum pajak mencapai US$ 788,3 juta di enam bulan awal 2022, melesat 184% dari semester I-2021 yang berjumlah US$ 277,8 juta. Laba neto perseroan sebanyak US$ 418,8 juta pada semester I-2022, lebih besar 361% dari periode per 30 Juni 2021 di US$ 90,9 juta.
Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 167,7 juta di semester I-2022, terbang jauh 8.726% dari periode yang sama tahun lalu yang sebanyak US$ 1,9 juta.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, Dileep Srivastava menjelaskan, pendapatan di semester I-2022 adalah sebesar US$ 3,81 miliar sehingga berdampak kenaikan sebesar U$ 1,52 miliar secara yoy.
“Yang diperoleh dari realisasi kenaikan harga batu bara sebesar 92%,” sambung Dileep dalam keterangan resmi, Kamis (1/9/2022).
Dia menambahkan, kenaikan harga batu bara mengimbangi output dan volume penjualan yang lebih rendah sebesar 14% dan 16% karena kondisi hujan deras yang terus menerus (La Nina).
“Upaya terbaik telah dilakukan dengan mengendalikan biaya yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar,” jelas Dileep.
Dia menyebutkan, royalti meningkat dari 13,5% pada full year 2021 menjadi 14% pada penjualan domestik dan hingga 28% pada ekspor, efektif 1 Januari 2022, di anak perusahaan Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin.
“Total pendapatan setelah pajak naik menjadi US$ 419 juta (vs US$ 91 juta yoy) yang diatribusikan ke Bumi adalah US$ 168 juta (vs US$ 2 juta yoy) meningkat 8.726% vs 1H’21,” ujar Dileep.
Menurut dia, overburden removed meningkat sebesar 8% lebih tinggi dari semester I-2021. Namun, coal mined dan coal sales turun karena fenomena La Nina sejak Desember 2021. “Dengan cuaca yang lebih kering produksi dapat ditingkatkan,” imbuh dia.
Dia melanjutkan, perseroan pada tanggal 12 Juli 2022 telah melakukan pembayaran pokok dan kupon Tranche A sebesar US$ 731,3 juta secara tunai, terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 557,1 juta dan bunga sebesar US$ 174,2 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar (back interest).
“Percepatan pelunasan utang menjadi prioritas utama,” tegas Dileep.
Editor : Theresa Sandra Desfika (theresa.sandra@investor.id)
Sumber : Investor Daily