Lona Olavia
JAKARTA, investor.id – Era bakar uang, gaji yang tinggi, fasilitas kantor yang serba wah kini hanya menjadi kenangan manis yang semu. Itu seiring dengan masa keemasan start-up yang sinarnya mulai redup akibat langkah venture capital (VC) yang enggan menyuntikkan dananya lagi.
Bagaimana ingin menginvestasikannya lagi? Dana yang disuntik besar bahkan hingga triliunan rupiah, namun hasilnya nihil. Alhasil, tsunami besar pemutusan hubungan kerja (PHK) di start-up menghantui.
Di Indonesia, sebut saja start-up ternama seperti Link Aja yang merupakan anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), Zenius Education, JD.ID, dan TaniHub. Selain itu, ada juga start-up unicorn Mobile Premier League (MPL) yang harus angkat kaki dari Indonesia.
Menurut pengusaha nasional Hary Tanoesoedibjo, kondisi PHK sekarang menandakan akhir dari masa keemasan start-up. “The golden days of startup are already over,” kata Hary Tanoe dalam post di akun Instragramnya, dikutip Jumat (3/6/2022).
Ia menilai, gaya bisnis start-up yang mengedepankan pertumbuhan dengan arus kas negatif tidak akan bisa bertahan. Pada akhirnya, bisnis yang sehat harus punya arus kas yang positif.
Praktisi dan konsultan marketing dari Inventure Yuswohady mengatakan, start-up perkembangannya tidak alami karena terlalu cepat, tapi mengandalkan suntikan dana investor. “Sampai bakar duit untuk mengumpulkan customer, jadi itu sebetulnya tidak natural malah terkesan dipaksakan,” pungkasnya.
Yuswohady menjelaskan ketika suntikan dana itu tidak selancar sebelumnya, maka mereka mulai melakukan rasionalisasi atau bisa dibilang para perusahaan start-up ini mulai mencari cara untuk mendapatkan keuntungan operasional.
Sementara itu, CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro mengatakan valuasi yang ada pada start-up dinilai terlalu berlebihan. Dalam beberapa tahun terakhir, valuasi yang terjadi memang terlampau tinggi tinggi. Kini, valuasi tersebut merosot tajam. Adanya pengetatan likuiditas, imbuhnya, justru membuat valuasi startup lebih masuk akal.
“Karena buat kami, para investor terutama yang punya dana nganggur, punya ready cash, berarti kami bisa investasi ke perusahaan yang valuasinya lebih masuk akal, dan untuk long term itu lebih sehat untuk start-up nya,” tuturnya.
Menurut Eddi, saat ini yang dibutuhkan bukan seberapa lagi besar valuasi, tetapi value yang dimiliki startup itu sendiri. Saat valuasi menjadi tujuan utama, semua start-up berlomba menjadi unicorn padahal profit seharusnya menjadi fokus utama perusahaan.
Co-founder & Managing Partner at Northstar Advisors mengharapkan, start-up harus bisa bertahan. Hal tersebut terjadi karena pendanaan untuk start-up sedang dalam masa sulit. “Sekarang start-up harus survive (bertahan hidup) karena pendanaan sedang sulit. Jika uang mereka tidak cukup mereka harus melakukan penghematan,” tegasnya.
Sebelumnya, Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo mengatakan, PHK dilakukan perusahaan untuk penyesuaian bisnis. “Penyesuaian organisasi ini dilakukan atas dasar relevansi fungsi sumber daya manusia (SDM) pada kebutuhan dan fokus bisnis perusahaan saat ini,” katanya.
Menariknya, Zenius yang tahun lalu merupakan perusahaan nomor satu dengan pertumbuhan karyawan yang tinggi tahun ini juga menyerah. Karyawan yang terkena dampak lebih dari 200 orang. Perusahaan rintisan Pendidikan itu pun melakukan perubahan peran beberapa fungsi bisnis. Ini sebagai bagian dari optimalisasi dan efisiensi proses bisnis yang dijalankan.
Begitupun dengan JD.ID yang berupaya improvisasi diantaranya dengan melakukan peninjauan, penyesuaian hingga inovasi atas strategi bisnis dan usaha, hingga restrukturisasi. “Yang mana di dalamnya terdapat juga pengurangan jumlah karyawan,” ujar Director of General Management JD.ID Jenie Simon.
Lalu ada juga TaniHub yang pada awal Maret 2022 menghentikan semua layanan business to consumers (B2C), di mana hal ini menghentikan operasional gudang di Bandung dan Bali yang mengakibatkan adanya PHK bagi sejumlah pekerja TaniHub. TaniHub pun akan memfokuskan bisnis menjadi pemasok bagi hotel, restoran, catering dan cafe (Horeca). TaniHub juga dikatakan akan menyasar ke ara modern trade yaitu supermarket, hypermarket, dan pasar swalayan.
Kemudian, ada start-up gim mobile dan e-sport asal India dan telah menyandang status unicorn, Mobile Premier League yang memberhentikan 100 karyawan atau 10% total pegawainya. Tak hanya itu, MPL juga harus angkat kaki dari Indonesia. Layanan streaming service di aplikasinya juga ditutup. “Mohon maaf, MPL Indonesia sudah tidak menerima pengguna baru saat ini. Per tanggal 30 Mei 2022, MPL tidak lagi beroperasi di Indonesia,” tulis perusahaan di aplikasinya dikutip Jumat (3/6/2022).
September 2021, perusahaan mengantongi titel unicorn dengan valuasi US$ 1 miliar. Hingga saat ini, valuasi MPL mencapai US$ 2,3 miliar. Beberapa investor MPL salah satunya adalah Go-Ventures (venture capital milik Gojek).
Editor : Lona Olavia (olavia.lona@gmail.com)
Sumber : Investor Daily