![](https://sinartamagunita.co.id/wp-content/uploads/2023/01/image_1673359205.jpg)
EmitenNews.com—PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) fokus memperluas pasar di benua hitam. Langkah ini ditempuh untuk memperkokoh penjualan di pasar luar negeri.
Perseroan telah berhasil merambah pasar di negara-negara Afrika Barat atau ECOWAS, Sido Muncul akan memulai perjalanannya untuk memasuki pasar di Afrika Timur (EAC) melalui Kenya.
Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat menjelaskan sebagai pintu masuk ke Afrika Timur, SIDO akan melakukan penetrasi ke Kenya dengan produk Tolak Angin Cair dan Kuku Bima Energi.
“Dan penjualan dari Kenya ke negara tetangga, Tanzania dan Uganda diharapkan akan dimulai pada kuartal pertama di 2024,” kata David, Selasa (10/1/23).
SIDO juga melakukan penyesuaian desain kemasan untuk negara-negara tujuan ekspor agar produk SIDO lebih mudah diterima dan terdengar oleh konsumen di negara tersebut.
Sementara untuk menggenjot penjualan dari dalam negeri, Sido Muncul akan melakukan pemerataan distribusi di semua saluran sambil sambil menyiapkan produk baru. SIDO telah menyiapkan produk minuman maupun suplemen herbal.
“Kami menargetkan kenaikan penjualan 10% sampai 15% pada 2023 ini,” imbuh dia.
Hingga akhir September 2022, Sido Muncul berhasil mencatatkan penjualan sebesar Rp2,6 triliun. Capaian ini turun 5,85% secara tahunan dari Rp2,77 triliun per akhir September 2021.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih hingga 15% pada tahun ini. Selain itu, pada tahun ini perseroan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 197 miliar.
Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat menyatakan optimistis kenaikan tersebut akan diraih sejalan dengan konsistensi perseroan dalam menjalankan strategi, pengoptimalan penjualan produk, dan jalur distribusi yang ada saat ini. Selain itu, SIDO juga menyatakan tengah menyiapkan produk baru dengan tujuan untuk menambah kontribusi penjualan.
“Kami juga terus memaksimalkan potensi penjualan dari hasil produk anak perusahaan. Saat ini kami sedang mengerjakan beberapa proyek pengembangan bahan baku aplikasi dengan beberapa perusahaan farmasi untuk produk personal care,” jelasnya.
Ia menambahkan, dari segi kinerja perseroan peningkatan efisiensi khususnya di pabrik terus perseroan lakukan. David juga menegaskan, peningkatan target penjualan juga ditandai dengan positifnya laporan keuangan perseroan pada semester II-2022 yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. “Saat ini kami sedang melakukan closing , jadi belum bisa diketahui angka pastinya,” ujarnya.
Soal ekspansi, David menyebutkan, saat ini kapasitas mesin atau peralatan produksi perseroan masih belum digunakan secara penuh, sehingga untuk peningkatan kapasitas produksi existing products dan new products akan dioptimalkan menggunakan fasilitas utama yang sudah ada. “Paling hanya membutuhkan penambahan peralatan, modifikasi yang sudah dianggarkan,” kata dia.
Adapun capex yang dipersiapkan oleh perseroan sebesar Rp 197 miliar akan digunakan SIDO untuk penambahan beberapa peralatan produksi dan menyelesaikan proyek green house .
Sebelumnya SIDO memang telah membidik pangsa pasar Ghana, Kamerun, Kenya, Vietnam, dan Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor produk-produk herbal dan suplemen. Upaya ini diyakini dapat memacu kinerja perseroan yang terkoreksi secara tahunan (yoy) pada semester I-2022.
“Untuk mendukung kinerja Sido Muncul di sisa akhir tahun ini, kami akan mempercepat eksekusi strategi inisiatif ekspor, salah satunya mempercepat registrasi produk dan peluncurannya. Kami akan meluncurkan produk Tolak Angin di Malaysia serta produk minuman STMJ di Nigeria tahun ini,” ujar Investor Relation Sido Muncul Billy Utama.
Untuk diketahui, pada periode enam bulan di 2022, penjualan perseroan turun 2,6% menjadi Rp 1,61 triliun dari Rp 1,65 triliun pada periode sama tahun lalu. Lebih rinci, kinerja penjualan segmen herbal dan suplemen turun 6,9% (yoy). Namun sebaliknya, segmen food and beverages serta pharmaceutical naik masing-masing 3,5% dan 17% dibandingkan semester I-2021.
Pada periode yang sama, SIDO juga mencatatkan penurunan pada laba operasi sebesar 10% dari periode sama tahun lalu. Laba bersih perseroan tercatat turun 11% (yoy) menjadi Rp 445,6 miliar. Billy mengungkapkan, perseroan berupaya menghemat biaya promosi dan iklan untuk mengimbangi penurunan penjualan dan membukukan rasio biaya iklan dari penjualan sebesar 7% pada semester I-2022.
Menurut Billy, turunnya penjualan herbal and supplement pada paruh pertama tahun dipengaruhi kenaikan harga rata-rata sejumlah bahan pangan dan kebutuhan pokok. Ia menyebutkan, mayoritas perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) menaikkan harga jual produk mereka di tengah kenaikan harga bahan baku saat ini.