EmitenNews.com — PT Petrosea Tbk (PTRO) mengalokasikan dana belanja modal atau capex senilai USD137 juta di tahun 2022. Jumlah ini mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya senilai USD85 juta. Adapun sampai dengan kuartal I 2022 pihaknya telah menyerap 20% belanja modalnya.
Capex sebesar USD137 juta itu digunakan untuk penambahan beberapa kapasitas di proyek baru dan penggantian komponen rutin,” Ujar Romi Novan Indrawan, Direktur Petrosea dalam paparan publik secara virtual, Kamis (21/4).
Sampai dengan kuartal I 2022 Petrosea baru merealisasikan 20% dari belanja modal. Alokasi terbesar dari capex di tiga bulan pertama tahun ini untuk penambahan kapasitas proyek baru dan pergantian komponen alat berat.
Romi memaparkan, pada tiga bulan pertama tahun ini kinerja keuangan Petrosea sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu karena pihaknya sedang dalam tahap persiapan proyek baru.
Di tahun ini ada beberapa proyek baru dalam tahap persiapan di mana di situ ada mobilisasi dan demobilisasi peralatan di site baru tersebut. Sehingga interm of gross profit agak turun, pada kuartal I 2021 sudah USD13 juta sedangkan di kuartal I 2022 baru sebesar USD 12 juta.
Sepanjang tahun 2022, Petrosea telah menandatangani amandemen kontrak dengan PT Freeport Indonesia untuk kontrak Wanagon 010, kontrak ini untuk operasi bisnis dengan penambahan nilai amandemen sebesar USD387.000 sehingga total nilai kontrak menjadi USD37,53 juta.
Kerja sama dengan PT Freeport dilanjutkan dengan menandatangani amandemen kontrak 005 untuk jasa konstruksi di Portsite dengan nilai Rp13,17 miliar sehingga total nilai kontraknya menjadi Rp91,48 miliar.
Petrosea juga menandatangani kerja sama manajemen dan pemeliharaan pabrik pengolahan tailing bersama PT Santana Rekso Nidhana senilai USD247 juta. Adapun, Petrosea optimis pengelolaan di tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
Sampai dengan kuartal I 2022, total nilai proyek yang telah didapatkan Petrosea sekitar USD1,35 miliar. Presiden Direktur Petrosea, Hanifa Indrajaya menjelaskan lebih lanjut mengenai target kontrak.
Untuk target kontrak di tangan atau backlog di akhir tahun 2021 di atas USD 1 miliar. Kami akan akhiri 2022 dengan kontrak di tangan masih tersisa USD990 juta. Artinya ada penambahan kontrak baru di 2022 ini,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.
Hanifa mengungkapkan, selain tetap menjalankan kontrak pertambangan batubara, di tahun ini Petrosea juga menggarap proyek dari pertambangan mineral seperti bauksit dan beberapa proyek nikel.
Di tahun ini kenaikan harga sejumlah komoditas masih terus berlanjut. Hanifa mengakui, pihaknya merasakan adanya permintaan penambahan volume produksi. Namun dengan masih adanya hambatan rantai pasok imbas pandemi Covid-19, membuat dampak kenaikan harga komoditas ini tidak paralel atau tidak sama besarnya dengan peningkatan dari sisi kontrak.
Di sisi lain, meskipun permintaan di sektor penambangan batubara naik signifikan, Petrosea mengklaim tidak serta merta menerima semua peluang tersebut. Kami sebagai owner dan developer bukan hanya kontraktor dapat memposisikan diri memberikan solusi lebih luas untuk menghadirkan Petrosea yang sesuai dengan bisnis model yang baru.
“Strategi yang telah dirintis Petrosea sejak 2019 tercermin dalam 3D yakni Diversifikasi, Digitalisasi, dan Dekarbonisasi. Ke depannya, Petrosea akan mendorong proyek pertambangan mineral yang esensial dalam proses transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT),” tutup Hanifa.