Mau Jadi Negara Maju? Aset Sektor Keuangan RI Harus Tumbuh Tiga Kali Lipat

Ilustrasi perusahaan. (Pixabay)

Prisma Ardianto (prisma.ardianto@beritasatumedia.com)

JAKARTA, investor.id – Perkembangan sektor keuangan memainkan peran penting untuk mendukung Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045. Dalam hal ini, aset industri sektor keuangan setidaknya diharapkan tumbuh tiga kali lipat dibandingkan saat ini.

Head of IFG Progress Reza Y Siregar menyampaikan, pengalaman dari berbagai negara dan sejumlah studi menerangkan bahwa perkembangan dari sektor keuangan sangat penting karena berkaitan dengan prediksi dari perekonomian masa depan. Apalagi, salah satu cita-cita Indonesia adalah menjadi negara dengan ekonomi maju.

Dia menyampaikan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sedang diupayakan mencapai US$ 22 ribu per kapita. Target itu bukan suatu hal yang mudah jika aset di pasar keuangan masih rendah. Kalau dibandingkan dengan beberapa negara yang memiliki PDB sama atau lebih dari US$ 22 ribu per kapita, aset industri sektor keuangan mereka kurang lebih sekitar 350% terhadap PDB-nya.

“Indonesia masih kurang dari 120%. Sehingga kalau Indonesia mau seperti sejumlah negara maju lainnya, maka aset harus tumbuh tiga kali lipat dari yang ada saat ini, bahkan kalau bisa lebih. Itu yang kita pelajari dari ekonomi negara maju,” ujar Reza pada salah satu sesi bertajuk “Insurance and Pension Fund: Transitioning into Digital and Green Economy Ecosystem” di acara Indonesia Financial Group International Conference 2022, Senin (30/5/2022).

Merujuk data OJK, sistem keuangan di Indonesia mencatat total aset mencapai Rp 19.418 triliun. Jika dirinci, sektor perbankan mencakup 9,431,42 triliun, aset industri keuangan non bank (IKNB) mencapai Rp 2.677,61 triliun, dan aset pasar di modal mencapai Rp 7.309.14 triliun.

Lebih lanjut, kata dia, menciptakan struktur pasar keuangan yang seimbang, tidak bisa didasarkan pada sektor perbankan saja. Harus juga didasarkan pada institusi non perbankan. “Jadi ini yang kita pelajari dari negara-negara maju. Kalau kita tidak memiliki (fokus) terhadap institusi non perbankan, maka perkembangan ekonomi tidak akan stabil. Akan ada turbulensi atau krisis-krisis keuangan,” ungkap dia.

Untuk mengatasi target-target tersebut, maka perlu cara-cara memperbaiki sektor keuangan Indonesia. Satu hal yang diketahui, negara-negara maju memiliki ekonomi makro yang saling berkaitan antara perbankan dan non perbankan. Hal itu harus dikombinasikan dengan memahami situasi global.

Reza mengatakan, Indonesia sudah mengalami beberapa siklus krisis, mulai dari shock dari pasar global hingga krisis komoditas pada 2008 yang kemudian mempengaruhi sistem Indonesia. Sehingga menurut dia, ekonomi makro dengan pasar keuangan saling berkaitan dan berpengaruh. Semua itu diperbesar dengan adanya digitalisasi ekonomi dan transisi terhadap ekonomi hijau.

“Jadi tidak hanya memiliki keterkaitan tersebut, tetapi integrasi yang kita pahami dan dipelajari dalam beberapa tahun ini, ada keterkaitan antara makro ekonomi dan keuangan itu diperbesar dari digitalisasi dan ekonom hijau,” ungkap Reza.

Temuan IFG Progress itu kemudian diperkuat dengan sejumlah fakta. Kaitannya dengan industri perasuransian misalnya, perolehan premi masih sangat sensitif terhadap kinerja ekonomi. Sama seperti perbankan dan pasar modal, asuransi dan dana pensiun juga sangat tergantung pada ekonomi makro.

Selain itu, total klaim dan biaya-biaya (loss ratio) dari industri asuransi umum juga terpengaruh. Sehingga jika kondisi ekonomi baik, maka loss ratio cukup stabil. Sedangkan ketika perekonomian menghadapi kesulitan, loss ratio cenderung meningkat.

Studi IFG Progress, ada aliran investasi dari perbankan yang merupakan aliran lintas batas. Hal ini sangat erat mendukung penetrasi asuransi. Pasca 2008, adanya perkembangan perekonomian nasional mendorong peningkatan di dalam penetrasi asuransi, khususnya kinerja dari asuransi kredit.

Selanjutnya, ada hubungan antara ekonomi makro-perbankan terhadap hubungan perbankan-asuransi. Asuransi kredit di Indonesia hampir menyentuh 16% dari total bisnis asuransi umum. Ini sangat tinggi dibandingkan beberapa negara lain yang umumnya premi hanya didominasi asuransi kendaraan dan properti. Di Indonesia premi dikuasai lini asuransi kendaraan, asuransi properti, dan asuransi kredit.

“Variabelnya, loan at risk (LAR) perbankan yang meningkat diikuti klaim dari asuransi kredit. Jadi ini membuktikan bahwa sebenarnya sektor asuransi kita sudah mengambil risiko dari sistem perbankan,” beber Reza.

Terakhir, dia menyatakan bahwa sudah banyak pembicaraan mengenai transformasi teknologi untuk mendukung ekonomi hijau, tapi tidak banyak pembahasan mengenai cara pendanaannya. Penggunaan energi non terbarukan masih besar, Indonesia pun masuk 10 negara dengan tingkat polusi paling tinggi.

“Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa transisi ke arah sana, apa yang dianggap sebagai aset hijau? Jadi kembali lagi pada pendanaan dan isu yang dianggap sebagai aset hijau. Hanya sekitar 2% dari outstanding obligasi kita bisa dianggap obligasi hijau, itu masih kecil,” ujarnya.

Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily

Translate »

Tender Offer

A tender offer is a bid to purchase some or all of a corporation’s shareholders’ stock. Tender offers are typically made publicly and invite shareholders to sell their shares for a specified price within a particular time window.

Cash Dividend

The cash dividend is part of the Company’s profit distributed to shareholders in cash.

Stock Dividend

Stock dividend is the allocation of company profits in additional shares.

Stock Split

A stock split is when a company divides the existing shares of its stock into multiple new shares to boost the stock’s liquidity.

Capital Placement without Pre-emptive Right

Capital Placement without Pre-emptive Rights (PMTHMETD) is the issuance of new shares through a private placement to selected investors.

Right Issue

Right issue or Preemptive Rights (HMETD) is the right for old shareholders to buy new stocks by the issuer.

Bonus Stock

Bonus Stocks are shares distributed free of charge to shareholders based on the number of shares owned.

The General Meeting of Shareholders (GMS)

The General Meeting of Shareholders (GMS) is a forum for shareholders to exercise their right to make certain decisions related to the Company, receive reports from the Board of Commissioners and Directors regarding their performance, and question the Board regarding actions.

Data Presentation

The report of shares activity on the secondary market is carried out comprehensively in the form of tables, graphs, and diagrams to facilitate the understanding.

Stock Registration Activity Report (Monthly)

Stock prices fluctuate because of the demand and supply of these shares. Therefore, we provide stock activity reports every month.

Stock Register

A stock register is a detailed record of the shares issued by a corporation and any repurchases and transfers between shareholders.