
Ely Rahmawati (redaksi@investor.id)
JAKARTA, investor.id – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 1,2 miliar pada semester I-2022, melesat 613% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian ini di atas konsensus analis untuk sepanjang 2022, dengan penguatan harga batu bara tetap menjadi penopang utama profitabilitas Adaro Energy.
Karena itu, tim riset RHB Sekuritas meningkatkan target pendapatan Adaro Energy periode 2022-2023 sebesar 14%, dengan proyeksi harga jual rata-rata (ASP) batu bara yang lebih tinggi. Cuaca ekstrem secara global merupakan faktor yang mendorong lebih banyak permintaan dalam hal penggunaan listrik.
“Ini akan menjadi penopang harga batu bara yang tinggi secara berkelanjutan, menurut kami, setidaknya hingga akhir tahun ini,” tulis analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya dalam risetnya.
Emiten berkode saham ADRO ini memiliki kinerja operasional yang kuat pada semester I-2022. Kendala kecil adalah dari pengiriman yang terlambat pada periode tersebut. Produksi batu bara ADRO pada semester I-2022 naik 5,7% menjadi 28 juta ton atau setara 48% dari panduan produksi setahun penuh sebesar 58 juta ton (+10% yoy).
Kinerja ini dikombinasikan dengan peningkatan harga jual (ASP) yang luar biasa, yakni US$ 125,9 per ton pada semester I-2022, melonjak 117,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini meningkatkan topline ADRO melesat 126,6% yoy menjadi US$ 3,5 miliar, sejalan dengan estimasi sepanjang tahun ini dari RHB Sekuritas dan konsensus analis.
Tren kenaikan harga jual yang persisten sepenuhnya meniadakan dampak buruk dari kenaikan biaya produksi (biaya tunai semester I-2022 sebesar US$ 30,4 per ton atau naik 16,1% yoy), serta mempertahankan margin operasional ADRO ke tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya yakni 53% dibanding rata-rata 5 tahun sekitar 24%.
Manajemen berkeyakinan dapat memenuhi target untuk sisa tahun ini, dengan meredanya isu keterbatasan pasokan alat berat dan optimisme terhadap perbaikan kondisi cuaca, terutama pada kuartal III-2022.
Menurut Andrey, pasar Asia yang kuat masih menjadi kunci untuk strategi batu bara ADRO. Perseroan menjual 23% batu baranya di dalam negeri (semester I-2022 sekitar 28%) sambil mempertahankan pasar Asia Tenggara. Adapun ekspor periode ini mencapai 23%, sedikit lebih tinggi dibanding periode Juni 2021 sebesar 22%.
Hal itu, lanjut dia, mempertahankan eksklusifnya hubungan dengan klien pembangkit listrik, yakni sekitar 90% dari penjualan batu bara ADRO dengan hubungan yang telah berlangsung di atas 10 tahun. Ini berkat spesifikasi batu bara dengan tingkat polutan yang relatif rendah.
“Kami percaya ini akan menjadi jawaban atas tantangan batu bara Rusia di pasar, mengingat diskon agresif yang ditawarkan Rusia pasca larangan UE pada ekspor batu baranya. Kami pikir, porsi pasar Rusia tetap suram dalam hal memengaruhi pasar batu bara termal secara keseluruhan, terutama di Asia,” sebut Andrey.
Sementara itu, manajemen ADRO tetap waspada untuk melihat peningkatan produksi batu bara tahun depan, mungkin dalam kisaran 5-10% (yoy), karena perseroan harus mengikuti rencana penambangan yang ketat untuk mempertahankan umur tambang. Rasio pengupasan kemungkinan dipertahankan pada kisaran 4 kali.
Kontributor utama batu bara ADRO, yakni Adaro Indonesia sekitar 80% dari total produksi, akan diubah izinnya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus atau IUPK dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara atau PKP2B. Hal ini mengenakan pajak royalti yang lebih tinggi, tetapi sebagian besar akan diakomodasi oleh pendapatan pajak yang lebih rendah, sedangkan efek buruknya tidak akan berdampak pada margin ADRO.
“Kami telah memperhitungkan diskon 4% ke dalam target harga baru kami berdasarkan metodologi ESG internal. Risiko penurunan dari rekomendasi ini adalah paparan ESG (segmen energi terbarukan menggantikan permintaan batu bara dalam waktu dekat), perubahan kebijakan domestik, dan penurunan harga batu bara secara tiba-tiba,” jelas Andrey.
Dengan berbagai faktor tersebut, RHB Sekuritas merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 4.800. Sementara itu, pada perdagangan Jumat (16/9/2022), saham ADRO ditutup terkoreksi Rp 130 (3,2%) ke level Rp 3.930. Dengan demikian, potensi gain ADRO mencapai 22,1%.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily