MARKET – Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham emiten batu bara PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) mulai perdagangan hari ini, Rabu (23/3/2022).
Suspensi dilakukan oleh bursa seiring dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham SMMT.
“Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan,” jelas pihak BEI, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (23/3).
Ini merupakan kali kedua saham SMMT disuspensi oleh bursa pada tahun ini. Sebelumnya, pada 11 Maret 2022, saham ini ‘digembok’ bursa lantaran lonjakan harga yang signifikan.
Memang, harga saham SMMT terus menanjak tinggi akhir-akhir ini. Dalam sepekan saham ini melompat 42,38%.
Kemudian, dalam sebulan terakhir, saham emiten yang melantai di bursa sejak Februari 2000 tersebut sudah terbang 193,72%. Adapun sejak awal tahun (ytd), saham SMMT meroket 432,18%.
Informasi teranyar dari SMMT adalah terkait penjelasan terkait pemberitaan media massa pada 15 Maret 2022.
Dalam keterangannya, manajemen SMMT membantah adanya rumor terkait rencana akuisisi SMMT oleh PT Indika Energy Tbk (INDY).
Hal ini sekaligus menegaskan pernyataan dari pihak INDY yang menyatakan kabar tersebut tidak tepat dan bertentangan dengan rencana jangka panjang INDY.
“Hingga saat ini, Perseroan belum mengetahui adanya fakta material yang tidak sejalan dengan pernyataan INDY di atas dan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan yang belum diungkapkan ke publik,” kata pihak SMMT.
Pihak SMMT bilang, sepanjang pengetahuan manajemen, pergerakan transaksi dan harga saham yang terjadi di pasar saat ini merupakan bagian dari mekanisme pasar yang mungkin juga terdampak dengan peningkatan harga batu bara di pasar internasional yang relatif signifikan belakangan ini.
Asal tahu saja, SMMT tergabung dalam kelompok usaha PT Rajawali Corpora milik pengusaha Peter Sondakh.
TIM RISET CNBC INDONESIA