Oleh : Muhammad Ghafur Fadillah / WBP
Jakarta, Beritasatu.com – Sejumlah emiten pelayaran akan menambah armada baru sejalan tingginya kebutuhan pengangkutan komoditas seperti batu bara hingga nikel. Perusahaan itu yakni PT Samudera Indonesia TBk (SMDR), PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI), PT Trans Power Marine Tbk (TPMA). Mereka optimistis mampu membukukan pertumbuhan pendapatan.
Berdasarkan rangkuman Investor Daily, Direktur Utama Samudera Indonesia Bani Mulia Maulana mengatakan, perseroan akan menambah tujuh armada baru yang saat ini dalam proses pembuatan. Investasi yang digelontorkan untuk armada tersebut berkisar US$ 10 juta sampai US$ 15 juta untuk kapal berjenis tanker dan sekitar US$ 40 juta untuk kapal jenis kontainer. “Ekspansi armada sejalan kondisi usaha dari pelayaran peti kemas yang sedang baik, maka dari itu perseroan akan terus membuka layanan dan membutuhkan peningkatan kapasitas,” jelasnya kepada Investor Daily.
Bahkan menurut Bani, pada tahun ini pendapatan dari pelayaran peti kemas berpeluang memberikan kontribusi lebih baik ketimbang pelayaran curah. Strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan sekitar 30% di atas pendapatan 2021. “Pada tahun 2021 pendapatan kami tembus melewati US$ 600 juta, dengan demikian diharapkan pada tahun 2022 target pendapatan bisa di atas US$ 700 juta. Ekspansi servis terus kami lakukan diharapkan bisa menambah pendapatan cukup signifikan,” ujarnya.
Senada, PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) juga menyatakan niatnya untuk menambah sebanyak 2 set pusher barges atau 4 unit kapal baru. Untuk memuluskan aksi ini perseroan merogoh kocek hingga Rp 300 miliar yang dialokasikan sebagai belanja modal (capital expenditure/capex). Selain untuk pembelian kapal, capex juga digunakan untuk pembiayaan docking dan keperluan lainnya.
Penambahan armada, menurut Sekretaris Perusahaan Transcoal Pacific Anton Ramada Saragih seiring dengan keputusan pemerintah untuk merubah kebijakan Free On Board (FOB) menjadi Cost Insurance and Freight (CIF) yang menjadi salah satu pendorong kinerja perusahaan pada 2022. Perseroan juga menyiapkan beberapa strategi lainya. “Termasuk diantaranya dengan terus berupaya meningkatkan kualitas layanan angkutan kargo kepada existing klien,” paparnya.
Dengan strategi itu, perseroan mengincar pertumbuhan pendapatan hingga 25% pada tahun ini, sejalan kebijakan pemerintah soal ketentuan Free On Board (FOB). Selain itu perseroan juga meningkatkan kualitas pelayanan dan menambah armada baru.
Apabila penambahan armada telah rampung, maka TCPI dan entitas anak usahanya akan memiliki 154 unit armada yang terdiri dari pusher tug & barge, tug & barge, mother vessel, floating terminal station, sea truck dan alat berat serta alat pendukung lainnya. Berdasarkan data dari perseroan, per September 2021, total armada yang dioperasikan oleh TCPI berjumlah 326 unit, dengan komposisi 38% milik sendiri dan sisanya sebanyak 62% adalah sewa.
Lebih lanjut, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) juga menargetkan pertumbuhan pendapatan dapat meningkat 15% tahun ini. Peningkatan tarif dan kualitas pelayanan juga penambahan armada menjadi strategi andalan.
Direktur Trans Power Marine Rudy Sutiono mengungkapkan, perseroan percaya bisnis perseroan akan lebih baik dari tahun 2021 lalu, sejalan dengan meningkatnya permintaan kapal diatas suplai kapal yang dimiliki industri. Hal ini, juga yang jadi sebab meningkatnya tarif. “Saat ini dengan harga batubara yang semakin tinggi dan juga terus bertumbuhnya smelter nikel membutuhkan banyak kapal pengangkut. Semisal, angkutan untuk power plant di pabrik smelter,” kata dia.
Rudi menambahkan, ke depan pemerintah juga berencana melakukan pelarangan ekspor bauksit selain batu bara. Ini juga akan jadi peningkat permintaan kebutuhan kapal tongkang. Maka dari itu tahun ini TPMA berencana menambah sebanyak 3-4 kapal turge. “Pembelian kapal akan didanai dari belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 200 miliar. Sumber dana 20% dari internal dan sisanya yakni 80% berasal dari pinjaman bank, beberapa bank lainya juga sudah menawarkan pinjaman kredit investasi,” jelasnya.
Namun, TPMA masih belum memastikan berapa biaya yang dibutuhkan untuk pembelian masing-masing kapal, lantaran masih dalam tahap seleksi kapal yang akan dibeli dan menunggu harga besi turun.
Dengan armada baru nanti, Rudi melanjutkan, diharapkan dapat menopang kontrak-kontrak baru yang sedang dijajaki oleh perseroan. Pasalnya, utilisasi kapal perseroan sudah mencapai 100% hingga akhir tahun 2022. Secara rinci, komoditas batubara masih menjadi penyumbag terbesar kontrak sebanyak 80% dan 20% sisanya berasal dari komoditas woodchip.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (pushep) Bisman Bachtiar mengatakan, optimisme itu cukup beralasan pasalnya jasa pelayaran sangat terkait dengan dua komoditas yang menjadi unggulan dalam komoditi hasil pertambangan. Faktor yang menjadi pendukung yakni harga komoditas pada pasar yang relatif stabil dan cenderung naik, baik untuk batu bara maupun nikel serta kebijakan pemerintah yang masih membolehkan kembali ekspor. “Sedangkan nikel akan tetap menarik karena terkait dengan industrialisasi baterai listrik yang akan membutuhkan suplai yang sangat besar. Bisnis pertambangan pada tahun ini dipastikan lebih baik dari tahun 2021 lalu,” pungkas Bisman.
Sumber: BeritaSatu.com