EmitenNews.com—PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) atau WOM Finance berniat menggelar penawaran umum berkelanjutan (PUB) IV tahap III tahun 2023 senilai Rp 1 triliun. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk modal kerja pembiayaan.
Obligasi ditawarkan lewat dua seri, yaitu seri A senilai Rp 221 miliar dengan tingkat bunga 5,95% per tahun dengan jangka waktu 370 hari. Sementara seri B ditawarkan dengan jumlah pokok Rp 779 miliar dengan bunga 7,00% per tahun dengan tenor tiga tahun.
“Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya oleh Perseroan untuk modal kerja pembiayaan,” ungkap WOM Finance dalam prospektus ringkas, Senin (20/3/2023).
Dalam rangka penerbitan obligasi ini, perusahaan telah memperoleh hasil pemeringkatan AA ( double A ), atas surat utang jangka panjang dari PT Fitch Rating Indonesia (Fitch). Adapun obligasi dijamin dengan jaminan fidusia berupa piutang, sekurang-kurangnya 60% dari nilai pokok obligasi.
Sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi yaitu PT BRI Danareksa Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Maybank Sekuritas Indonesia (terafiliasi), dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (terafiliasi. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dipercaya sebagai wali amanat.
Penerbitan surat utang kali ini telah dinyatakan efektif pada 16 Juli 2021, namun baru memasuki masa penawaran umum pada 3-5 April 2023. Adapun tanggal emisi atau distribusi secara elektronik dan pencatatan pada BEI, masing-masing pada 11 dan 12 April 2023.
Obligasi tersebut merupakan bagian dari PUB IV dengan total target dana yang dihimpun mencapai Rp 5 triliun. Adapun sebelumnya, perusahaan telah menerbitkan PUB IV tahap I tahun 2021 senilai Rp 500 miliar dan PUB IV tahap II tahun 2022 sebesar Rp 800 miliar.
Hingga 2022, WOM Finance membukukan total aset mencapai Rp 5,65 triliun, yang diantaranya piutang pembiayaan konsumen senilai Rp 3,54 triliun dan piutang sewa pembiayaan sebesar Rp 1,14 triliun. Ekuitas perusahaan cukup tebal yakni sebesar Rp 1,52 triliun di akhir tahun lalu.
Sementara itu, liabilitas mencapai Rp 4,13 triliun, dengan dominasi utang obligasi Rp 1,20 triliun dan utang bank sebesar Rp 2,35 triliun. Perusahaan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 197,60 miliar, naik dibandingkan tahun sebelumnya Rp 110,06 miliar.
Dari sisi risiko, pembiayaan bermasalah ( non performing financing /NPF) gross terjaga di level 1,65%, dengan financing to asset ratio (FAR) 86,20% pada tahun 2022. Sedangkan rasio modal terhadap total pinjaman ( gearing ratio /GR) di posisi 1,91 kali, jauh diambang maksimal sebesar 10 kali.