Happy Amanda Amalia (happy_amanda@investor.co.id)
SHENZHEN, investor.id – Pemerintah Kota Metropolitan Chengdu di bagian barat daya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada Kamis (1/9) mengumumkan pemberlakuan karantina atau lockdown terhadap 21,2 juta penduduknya. Kebijakan ini ditempuh setelah selama empat hari meluncurkan tes Covid-19 di seisi kota. Pada saat beberapa kota dengan populasi terpadat dan penting secara ekonomi tengah memerangi wabah virus corona tersebut.
“Penduduk Chengdu, ibukota provinsi Sichuan, diperintahkan untuk tinggal di rumah mulai pukul 18.00 pada Kamis (1/9). Dan setiap rumah tangga hanya diizinkan mengirim satu orang per hari untuk berbelanja kebutuhan,” demikian pernyataan pemerintah kota, yang dilansir Reuters.
Chengdu, yang melaporkan 157 infeksi menular dalam negeri pada Rabu (31/), adalah kota terbesar di Tiongkok yang dikenakan aturan karantina, sejak Shanghai pada April dan Mei. Namun, masih belum diketahui dengan jelas apakah lockdown bakal dicabut setelah pelaksanaan tes massal berakhir pada Minggu (4/9).
Sebagai informasi, kota-kota besar lain, termasuk Shenzhen di selatan dan Dalian di timur laut juga telah meningkatkan pembatasan terkait penularan Covid minggu ini, mulai dari persyaratan kerja dari rumah (work from home/WFH) hingga penutupan bisnis-bisnis hiburan di beberapa distrik.
Langkah-langkah tersebut berdampak pada terbatasnya aktivitas puluhan juta orang. Hal ini turut mengintensifkan tantangan Pemerintah Tiongkok untuk meminimalisir dampak ekonomi dari kebijakan nihil dinamis Covid yang telah membuat sebagian besar perbatasan di Negeri Tirai Bambu tertutup bagi pengunjung internasional dan menjadikannya terasing, seperti yang dicoba oleh negara-negara lain untuk hidup berdampingan dengan virus corona.
Menurut laporan, untuk saat ini sebagian besar pembatasan dimaksudkan berlaku selama beberapa hari, meskipun dua kota provinsi di Tiongkok utara telah memperpanjang sedikit periode pembatasan di luar janji awal.
Memicu Kepanikan
Di sisi lain, penguncian wilayah Chengdu memicu kepanikan di antara warga yang membeli kebutuhan pokok
“Saya menunggu dalam antrean yang sangat panjang untuk mendapatkan bahan makanan di dekat rumah saya,” ungkap Kya Zhang (28 tahun), yang berprofesi sebagai insinyur.
Dia mengaku khawatir mengenai akses memperoleh makanan segar jika masa lockdown iperpanjang.
Ekonom Hwabao Trust Nie Wen mengatakan, karena Chengdu bertindak cepat untuk menerapkan lockdown maka tidak mungkin ada pengulangan seperti cobaan berat selama dua bukan yang dialami Shanghai.
Para karyawan yang bekerja di bidang tidak penting di Chengdu telah diminta untuk bekerja dari rumah dan penduduk didesak untuk tidak meninggalkan kota , kecuali darurat. Para penghuni yang harus meninggalkan kompleks perumahan untuk datang ke rumah sakit atau memenuhi kebutuhan khusus lain perlu mendapatkan persetujuan dahulu dari staf lingkungan.
Bagi perusahaan-perusahaan industri yang bergerak di bidang manufaktur penting, dan mampu mengelola di kampus-kampus tertutup dibebaskan dari persyaratan bekerja dari rumah.
Namun, Volvo Cars Swedia menyatakan bakal menutup sementara pabriknya di Chengdu.
Berdasarkan data Flight Master, jumlah penerbangan ke dan dari Chengdu telah dibatasi secara dramatis. Tercatat pada Kamis, pukul 10.00 pagi waktu setempat (02.00 GMT) sebanyak 398 penerbangan telah dibatalkan di Bandara Shuangliu di Chengdu, dengan tingkat pembatalan mencapai 62%.
Sedangkan di Bandara Tianfu Chengdu tingkat pembatalan mencapai 79% atau sebanyak 725 penerbangan telah dibatalkan.
Pembatasan di Shenzhen
Sementara itu di Shenzhen – kota dengan output ekonomi tertinggi ketiga di antara kota-kota di Tiongkok – distrik terpadat Baoan dan pusat teknologi Nanshan juga menangguhkan berbagai acara besar dan hiburan yang berlangsung di dalam ruangan selama beberapa hari. Pihak berwenang pun memerintahkan pemeriksaan kredensial kesehatan digital yang lebih ketat bagi orang-orang yang memasuki kompleks perumahan.
Sebagai informasi, Nanshan adalah rumah bagi raksasa internet Tencent dan produsen drone terbesar di dunia, DJI, di antara perusahaan besar Tiongkok lainnya.
Lebih dari setengah dari total sepuluh distrik di Shenzhen – yang dihuni lebih dari 15 juta orang – telah memerintahkan penutupan tempat-tempat hiburan dan menghentikan atau mengurangi aktivitas makan di restoran selama beberapa hari. Ditambahkan bahwa pembatasan di dua distrik awalnya direncanakan akan dicabut pada Kamis.
Pihak berwenang Shenzhen sebagian besar menghindari langkah-langkah untuk menutup perkantoran dan pabrik-pabrik, seperti yang dilakukan selama diberlakukan lockdown seminggu pada Maret.
Menurut data yang dirilis pada Kamis, aktivitas di pabrik-pabrik Tiongkok telah mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Agustus di tengah melemahnya permintaan. Hal ini diperburuk dengan kekurangan listrik dan wabah Covid -19 baru yang mengganggu proses produksi.
Di Shanghai, sekolah-sekolah dibuka kembali pada Kamis setelah ditutup selama berbulan-bulan. Sedangkan di Tiongkok Daratan dilaporkan tidak ada kematian akibat Covid sejak Mei, sehingga jumlah kematian mencapai 5.226 jiwa.
Editor : Happy Amanda Amalia (happy_amanda@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
